Headlines News :
Home » , , , , , , , » Allah Masih Menyimpan Video Kita (part I)

Allah Masih Menyimpan Video Kita (part I)

Written By salam semangat on Monday 5 November 2012 | 11/05/2012

Assalamu'alaykum Wr Wb.


Sudahkah kita beramal hari ini??


Sudahkah kita menolong orang atau berjasa buat yang lain??


Bagaimana perasaan Anda ketika belum atau tidak mendapatkan balasan atau imbalan dari orang tersebut??


Sedih, biasa, atau malah senang???


Dalam tulisan kali ini, ana coba membahas tentang hal tersebut. Tidak sedikit orang di sekitar kita, atau mungkin kita sendiri pernah merasakan ketika sudah membantu orang lain, tapi tidak diberi imbalan sebagai ucapan terima kasih atau sebagainya ada perasaan menyesal, sedih, atau bahkan sampe menggerutu "Kalau tau begini mah gak bakalan aku bantu". Pernah ya... (nyindir diri sendiri).


Itu secara tidak langsung mencirikan bahwa diri atau hati kita sedang dihinggapi sifat riya' atau tidak ikhlas atau mengharapkan imbalan dari orang lain. Minimal jasa dan amalan kita bisa diketahui orang lainlah. Pengen disebut-sebut sebagai orang yang berjasa. Boleh gak ya.... coba dipikirkan sendiri.... Padahal tanpa kita sadar, Allah telah menyimpan rekaman video semua amal sholeh kita dan tentunya telah dikumpulkan oleh Allah untuk selanjutnya diberikan imbalan yang berlipat ganda. Dan perlu diingat, Allah tidak akan pernah lupa secuil apapun amalan kita. 


Saudaraku....


Semakin kita sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain, apalagi menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati.


Ketahuilah bahwa semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah SWT, maka semakin banyak kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi tanpa ijin Allah. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah.


Selayaknya kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain, sesungguhnya bukanlah kita berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan kita dipilih menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud. Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain maka kita tidak akan mendapat ganjarannya.


Jadi, ketika ada seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka, seberulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Allah-lah yang menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya. Namun, andaikata sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran.


Lanjutin ke Part II di sini....

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


free website hit counter
English French German Spain Italian Japanese Korean Arabic
SILAKAN DI TERJEMAHKAN DI SINI
 
INFO SS : Semua isi blog ini hanya boleh dipublikasikan untuk kebaikan bersama. Silakan download atau copas yang sahabat perlukan.
Blog Design by Amirul Mu'minin Published by SALAM SEMANGAT
"Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau rindu. Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya? Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara". (burdah)