Headlines News :
Home » , » KEIMANAN SEJATI VS ATHEIS

KEIMANAN SEJATI VS ATHEIS

Written By salam semangat on Thursday 13 June 2013 | 6/13/2013



Allah SWT telah memperingatkan agar jangan memikirikan tentang Dzat Allah, tapi pikirkanlah tentang ciptaan Allah. Karena dengan semakin kita memikirkan semua ciptaan Allah maka akan semakin mantap keimanan kita, tapi sebaliknya jika kita sampai sibuk memikirkan Dzat Allah, maka dikhawatirkan kita akan jadi semakin jauh dari Allah bahkan bisa jadi murtad. Na’udzubillah.
* * *
Mari kita simak dialog berikut ini:
Dikisahkan ada sekelompok ilmuwan besar athéis bangsa Romawi, hendak beradu argumentasi dengan para ulama di sebuah masjid. Tujuannya ingin menjatuhkan dan mempermalukan Islam di kalangannya sendiri. Setelah dilihatnya masjid telah dipenuhi orang banyak, naiklah salah satu dari mereka dan mulai menantang umat untuk berdebat soal keberadaan Allah. Di antara yang hadir, bangkit seorang pemuda dari antara shaf-shaf itu, dialah Abu Hanifah ra muda. Beliau melangkah menuju mimbar dan berkata:
“Perkenankan saya Abu Hanifah ingin bertukar pikiran dengan tuan-tuan.” Sambil berusaha menguasai suasana, dengan kerendahan hati Abu Hanifah berkata,
“Baiklah sekarang apa yang akan kita perdebatkan?” Para ilmuwan itu heran sekaligus kagum
akan keberanian Abu Hanifah, karena beliau hanya sendiri, sementara mereka ada beberapa orang. Mulailah para athéis mengajukan pertanyaannya, yang dibagi dalam 6 kategori:
1. Kapan Allah ada?
2. Maksud Allah Menghadapkan Wajah-Nya
3. Zat Allah SWT
4. Dimana Allah berada?
5. Takdir Allah SWT
6. Bukti Adanya Allah
* * *
1. KAPAN ALLAH ADA?
Atheis: Pada tahun berapa Robb-mu dilahirkan?
Abu Hanifah: Allah berfirman, “Dia (Allah) tidak melahirkan dan tidak dilahirkan.”
Atheis: Pada tahun berapa Dia berada?
Abu Hanifah: Dia berada sebelum adanya sesuatu.
Atheis: Tolong berikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka empat?
Atheis: Angka tiga.
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis: Angka dua.
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis: Angka satu.
Abu Hanifah: Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis: Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah: Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah Yang Maha Satu yang hakiki, tidak ada yang mendahului-Nya?

2. MAKSUD ALLAH MENGHADAPKAN WAJAHNYA?
Atheis: Ke mana Robb-mu menghadapkan wajahnya?
Abu Hanifah: Kalau kalian membawa lampu di gelapnya malam, ke mana lampu itu
menghadapkan wajahnya?
Atheis: Ke seluruh penjuru.
Abu Hanifah: Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala, Nur dari segala cahaya langit dan bumi? 

3. ZAT ALLAH SWT
Atheis: Tunjukkan kepada kami tentang zat Robb-mu, apakah ia benda padat seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah: Pernahkah kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis: Ya, pernah.
Abu Hanifah: Semula ia berbicara dengan kalian dan menggerak-gerakan anggota
tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam dan tidak bergerak. Nah, apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis: Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah: Apakah waktu keluarnya roh itu kalian masih ada di sana?
Atheis: Ya, kami masih ada.
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Atheis: Entahlahlah kami tidak tahu.
Abu Hanifah: Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah mahluk, bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala? 

4. DIMANA ALLAH BERADA?
Atheis: Di mana kira-kira Robb-mu itu berada?
Abu Hanifah: Kalau kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau dalam susu itu terdapat lemak?
Atheis: Tentu.
Abu Hanifah: Tolong perlihatkan padaku, di mana adanya lemak itu?
Atheis: Membaur dalam seluruh bagian susu.
Abu Hanifah: Kalau lemak yang termasuk mahluk itu tidak mempunyai tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta'ala? 

5. TAKDIR ALLAH SWT
Atheis: Kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robb-mu kini?
Abu Hanifah: Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Atheis: Kalau orang masuk surga ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di surga kekal selamanya?
Abu Hanifah: Hitungan angka pun ada awalnya tapi tidak ada akhirnya.
Atheis: Bagaimana kita bisa makan dan minum di surga tanpa buang air besar dan kecil?
Abu Hanifah: Kalian sudah mempraktekkannya ketika berada di dalam perut ibu kalian. Hidup dan makan-minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar di sana. Baru kita lakukan hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis: Bagaimana kebaikan surga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan?
Abu Hanifah: Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang. 

6. BUKTI ADANYA ALLAH
Atheis: Perlihatkan bukti keberadaan Robb- mu kalau memang dia ada.
(Abu Hanifah ra mengambil tanah liat, lalu dilemparkannya ke kepala orang atheis itu. Para hadirin gelisah melihat peristiwa itu, khawatir terjadi keributan, tetapi Abu Hanifah menjelaskan bahwa hal ini dalam rangka untuk menjelaskan jawaban yang diminta kepadanya. Hal ini membuat orang atheis mengernyitkan dahi.)
Abu Hanifah: Apakah lemparan itu menimbulkan rasa sakit di kepala anda?
Atheis: Ya, tentu saja.
Abu Hanifah: Di mana letak sakitnya?
Atheis: Ya, ada pada luka ini.
Abu Hanifah: Tunjukkanlah padaku bahwa sakitnya itu memang ada, baru aku akan menunjukkan kepadamu di mana Robb-ku!
(Orang atheis itu nggak menjawab, tentu saja nggak bisa menunjukkan rasa sakitnya, karena itu adalah suatu rasa dan ghaib tapi rasa sakit itu memang ada.)
Atheis: Baik dan buruk sudah ditakdirkan sejak awal, tetapi kenapa ada pahala dan siksa?
Abu Hanifah: Kalau anda sudah mengerti bahwa baik dan buruk itu bagian dari takdir, mengapa anda kini menuntut aku agar dihukum karena melempar tanah liat ke dahi anda?
Bukankah perbuatan itu bagian dari takdir?
Semoga postingan ini bermanfaat bagi kita. Jangan lupa LIKE & SHARE juga. . .

Diambil dari:
http://annida-online.com
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


free website hit counter
English French German Spain Italian Japanese Korean Arabic
SILAKAN DI TERJEMAHKAN DI SINI
 
INFO SS : Semua isi blog ini hanya boleh dipublikasikan untuk kebaikan bersama. Silakan download atau copas yang sahabat perlukan.
Blog Design by Amirul Mu'minin Published by SALAM SEMANGAT
"Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau rindu. Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya? Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara". (burdah)