MALUKAH KITA MEMILIKI RASA MALU??
Di saat kita berpikir sejenak tentang diri
kita. Maka tanyakanlah…. Sudahkah kita memiliki rasa malu seperti yang
diajarkan Nabi SAW??
Maka akan segera kita ketahui betapa diri
kita masih terlalu sedikit
memilikinya. Kenyataannya, rasa malu ini telah
menipis dalam diri anggota masyarakat, banyak dari mereka yang sengaja
mengumbar auratnya yang seharusnya WAJIB mereka tutupi di muka umum sebagaimana
yang Allah perintahkan dalam al Qur’an. Ironisnya, mereka justru lebih malu
jika harus memakai pakaian yang menutup seluruh tubuhnya. Yang akibatnya,
bertambahlah kejahatan dari hari ke hari, seakan zaman ini menjadi bukti
kebenaran atas apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW. yang artinya:
“Kiamat tidak akan terjadi sampai rasa malu itu telah lenyap dari
anak-anak dan perempuan.”
Oleh sebab itu, setiap pribadi dari kita
seyogyanya mempertajam perasaan malu ini, agar terhindar dari hal-hal yang
menurunkan harga diri dan aqidah kita. Menjaga rasa malu bukanlah hal yang mudah,
tapi bukan juga hal yang sangat sulit, tentunya setiap perbuatan yang baik
harus dimulai dengan membiasakan diri. Rasa malu akan sulit diperoleh jika
seseorang telah menyadarkan perbuatannya terhadap sikap acuh tak acuh pada
etika atau pun riya’ (pamer) pada orang lain.
Rasa malu adalah sifat alami dalam diri
manusia, yang menjadikannya merasa tidak enak ketika melakukan perbuatan jelek
dan haram. Rasa malu dapat mencegah seseorang ketika akan melakukan perbuatan
terlarang. Bila seseorang telah memilikinya, maka secara otomatis ia akan
menjaga hak ayah, ibu, anak, guru dan setiap orang yang berbuat baik kepadanya,
dengan tidak berkhianat, ingkar janji, menolak permintaan tolong dari orang yang
membutuhkan. Sungguh rasa malu dapat dijadikan pencegah segala kerusakan.
Penempatan Rasa Malu yang Tidak Tepat!
Kadangkala manusia melakukan kesalahan dan
merasa perbuatannya itu baik. Dan menilai yang baik itu tergambar sebagai suatu
yang buruk. Misalnya, malu bertanya tentang hal-hal yang belum ia ketahui, khususnya
tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama. Malu seperti ini, adalah malu yang
salah, sebab tidak ada malu dalam masalah ilmu agama.
Singkatnya, malu dalam mempelajari agama
adalah salah dan tidak tepat. Dan malu pada hal yang bersifat alamiyah yang
berada di luar kemampuan manusiat untuk mengubahnya, seperti postur tubuh yang
terlalu tinggi atau pendek, badan yang kurus atau gemuk, wajah atau rupa yang
kurang sreg atau mungkin rambut yang keriting. Itu semua bukanlah hal yang
buruk atau jelek, sehingga ia tidak harus merasa malu dengan keadaannya itu,
bahkan seharusnya ia berusaha untuk mencari kebaikan dan kelebihan yang ada
pada dirinya, karena setiap orang pasti memiliki kelebihan tersendiri dibanding
yang lainnya, kemudian ia bersyukur atas pemberian yang telah Allah anugerahkan
kepadanya itu.
Kapankah kita patut merasa MALU??
Semua perbuatan yang dikategorikan oleh
agama sebagai sesuatu yang jelek dan tidak masuk akal, itulah yang patut
mendapatan rasa malu jika kita lakukan. Sehingga dengan begitu, kita harus
dapat menjauhinya dan jika kita dapat menjauhinya, maka itu semua dapat
menjadikan kita sebagai orang yang terpuji di mata manusia apalagi di mata
Allah SWT.
Jadi, sebagai kesimpulannya bahwa rasa malu
ada 2 bagian, yaitu:
1. Malu pada manusia
Yaitu seseorang yang meninggalkan suatu kejelekan karena malu atau takut
dilihat orang.
2. Malu pada Allah SWT
Yaitu kesadarannya bahwa Allah senantiasa mengawasinya kapan pun dan di
mana pun, baik saat ia dilihat manusia atau pun saat sendirian, ia sangat yakin
bahwa Allah selalu mengawasinya, sehingga ia malu untuk bermaksiat kepada Nya.
Sebagai penutup, sudahkah rasa MALU itu
telah tertanam pada diri kita?? Ataukah malah sudah tercabut dari diri kita
sampai ke akarnya?? Kalau belum, marilah kita mulai berlatih dari sekarang,
melatih diri kita agar rasa malu tumbuh dalam jiwa kita.
Semoga hidayah Allah selalu menyertai kita.
Aamiiiin.
Sumber:
Majalah GERIMIS edisi VII Mei 2006
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !