MENCINTAI ITU KEPUTUSAN
(Anis Matta)
Lelaki tua menjelang 80-an itu menatap istrinya lekat-lekat, nanar.
Gadis itu masih terlalu belia. Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang
mudah, tapi ia sudah memutuskan untuk mencintainya. Sebentar kemudian ia pun
berkata,
“Kamu kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang kamu
temui di sini.”
Itulah kalimat pertama Utsman bin ‘Affan ketika menyambut istri
terakhirnya dari Syam, Naila namanya. Selanjutnya adalah bukti.
Sebab cinta adalah kata lain dari memberi, sebab memberi adalah
pekerjaan, sebab pekerjaan cinta adalah dalam siklus memperhatikan,
menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat. Sebab pekerjaan berat itu harus
ditunaikan dalam waktu lama. Sebab pekerjaan berat dalam waktu lama itu hanya
mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian kuat dan tangguh. Maka
setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia mengatakan, “Aku mencintaimu” kepada
siapa pun!! Sebab itu adalah keputusan besar, ada taruhan kepribadian di situ.
Aku mencintaimu, adalah ungkapan lain dari “Aku ingin memberimu
sesuatu”. yang terakhir ini juga adalah sebuah ungkapan lain dari;
“Aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa
yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia….”
“Aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar bisa tumbuh
semaksimal mungkin….”
“Aku akan merawatmu dengan segenap kasih sayangku untuk proses
pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harian yang akan kulakukan padamu….”
“Aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuatu yang dapat merusak
dirimu….”
Dan proses pertumbuhan itu taruhannya adalah kepercayaan orang yang kita
cintai terhadap integritas kepribadian kita. Sekali kamu mengatakan kepada
seseorang, “Aku mencintaimu”, kamu harus membuktikan ucapan itu. Itu adalah
deklarasi jiwa, bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tapi terutama
tentang kesiapan dan kemampuan memberi, kesiapan dan kemampuan berkorban,
kesiapan dan kemampuan melakukan pekerjaan.
Cinta itu memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi. Sekali
deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan akan hilang dan lenyap.
Tidak ada cinta tanpa kepercayaan. Begitulah bersama waktu suami atau
istri akan kehilangan kepercayaan kepada pasangannya, anak kehilangan kepercayaan
kepada orang tuanya, sahabat kehilangan kepercayaan kepada sahabatnya, atau
rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya. Semua dalam satu situasi,
yaitu Cinta yang tidak terbukti. Ini menjelaskan, mengapa cinta yang
terasa begitu panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada
tahun kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.
Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar, persahabatan berakhir, keluarga
berantakan, dan pemimpin jatuh karena tidak dipercaya rakyatnya.
Jalan hidup kita biasanya tidak linear, tidak juga seterusnya pendakian
atau pun penurunan. Karena itu, konteks di mana pekerjaan-pekerjaan cinta
dilakukan tidak selalu kondusif secara emosional. Tapi di situlah tantangannya
yang membuktikan ketulusan di tengah situasi yang sulit. Di situ konsistensi
teruji, di situ juga integritas terbukti. Sebab mereka yang bisa
mengejawantahkan cinta di tengah situasi yang sulit, jauh lebih bisa
membuktikannya dalam waktu longgar. Mereka yang dicintai dengan cara begitu,
biasanya mengatakan bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh. Bahagia
sebahagia-bahagianya, puas sepuas-puasnya. Sampai tak ada tempat bagi yang
lain, bahkan setelah sang pecinta mati, begitulah Naila.
Utsman telah memenuhi seluruh jiwanya dengan cinta, maka Naila memutuskan
untuk tidak menikah lagi setelah suaminya terbunuh. Ia bahkan merusak wajahnya
untuk semua pelamarnya, tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua itu.
Subhaanallaah….
Sumber:
Materi Seminar Menjelang Pernikahan
Gedung PUSKI Kota Sukabumi
2010
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !