Headlines News :
Home » , , » Teks Al Muqtashidah - Godaan Hawa Nafsu

Teks Al Muqtashidah - Godaan Hawa Nafsu

Written By salam semangat on Thursday 18 June 2015 | 6/18/2015


***
Sungguh hawa nafsuku telah bebal tak tersadarkan
sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan.
Tidak pula bersiap dengan amal baik untuk menjamu
Sang uban yang bertamu di kepalaku tanpa malu-malu

Jika kutahu ku tak menghormati uban yang bertamu
Kan kusembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu.
Siapakah yang mengembalikan nafsuku dari kesesatan
Sebagaimana kuda liar yang dikendalikan dengan tali kekang.

Jangan kau tundukkan nafsumu dengan maksiat
Sebab makanan justru perkuat nafsu si rakus pelahap.
Nafsu itu bagai bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu
Bila kau sapih, ia akan tinggalkan menyusu itu.

Maka kendalikan nafsumu, jangan biarkan ia berkuasa
Jika kuasa iaakan membunuhmu dan membuatmu cela.
Gembalakanlah ia, karena ia bagai ternak dalam amal budi
Janganlah kau giring ke ladang yang ia sukai.

Kerap ia goda manusia dengan kelezatan yang mematikan
Tanpa ia tahu racun justru ada dalam lezatnya makanan.
Kumohon ampunan Allah karena berbicara tanpa berbuat
Kusamakan itu dengan keturunan bagi orang mandul.

Kuperintahkan engkau suatu kebaikan yang tak kulakukan
Tidak lurus diriku, maka tak guna kusuruh kau lurus.
Aku tak berbekal untuk matiku dengan ibadah sunnah
Tiada aku dan puasa kecuali hanya yang wajib saja.
***

Judul : Godaan Hawa Nafsu
Album : SELIMUT KERINDUAN (AL BURDAH)
Grup : AL MUQTASHIDAH
Vocal : M. Ridwan Asyfie

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


free website hit counter
English French German Spain Italian Japanese Korean Arabic
SILAKAN DI TERJEMAHKAN DI SINI
 
INFO SS : Semua isi blog ini hanya boleh dipublikasikan untuk kebaikan bersama. Silakan download atau copas yang sahabat perlukan.
Blog Design by Amirul Mu'minin Published by SALAM SEMANGAT
"Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau rindu. Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya? Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara". (burdah)