Headlines News :
Home » , » Makalah Perencanaan Sistem Pembelajaran

Makalah Perencanaan Sistem Pembelajaran

Written By salam semangat on Sunday 11 November 2012 | 11/11/2012

PENGEMBAGAN METODE PERENCANAAN PEMBELAJARAN


untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Sistem Pembelajaran


BAB I PENDAHULUAN


 A.           Latar Belakang


Mengajar dan mendidik diibaratkan sebagai dua buah sisi dadu yang mirip, tetapi tidak sama. Sama bentuk, tetapi berbeda jumlah mata dadunya.


Beban mendidik sering dirasakan lebih berat jika dibandingkan dengan mengajar. Dalam mendidik manusia, seorang guru harus benar-benar memahami karakter setiap siswanya. Dalam menghadapi keragaman tersebut, seorang guru harus pandai mengelola suasana belajar agar dapat diterima oleh semua siswa.


Penciptaan suasana belajar yang kondusif akan secara langsung berpengaruh pada perhatian siswa dalam menghadapi pelajaran tersebut. Selama ini, para guru cenderung menerapkan salah satu metode belajar saja sehingga muncul stagnasi di antara para siswa dalam mengikuti pelajaran yang diikutinya.


 B.            Identifikasi Masalah


Menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para tenaga pendidik, maka kami ajukan makalah yang berisi:




  1. Makna Metode Perencanaan Pembelajaran

  2. Kriteria Metode Perencanaan Pembelajaran

  3. Kaitan Metode Perencanaan Pembelajaran dengan Metode Pembelajaran

  4. Kegiatan Pembelajaran dan Pengalaman Belajar

  5. Prinsip Umum Memilih Pengalaman Belajar

  6. Metode Proses Pembelajaran

  7. Strategi dan Metode dalam Proses Pembelajaran


 C.           Tujuan


Tujuan penulisan makalah ini adalah:




  1. Sebagai pedoman para pendidik dalam melaksanakan tugasnya

  2. Sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah Perencanaan Sistem Pengajaran

  3. Sebagai pedoman bagi kalangan umum dalam mengemban tugas pendidikan.


BAB II PENGEMBANGAN METODE PERENCANAAN PEMBELAJARAN


A.           Makna Metode Perencanaan Pembelajaran


Metode perencanaan pembelajaran merupakan suatu cara menyusun materi-materi pembelajaran atau pengalaman belajar yang ingin dicapai. Setiap metode mewarnai jenis materi pembelajaran, urutan serta teknik pembelajaran. Perencanaan pembelajaran pada suatu mata pelajaran materi pembelajarannya diambil dari mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi isi perencanaan pembelajaran. Hal ini biasanya lebih menekankan pada pendidikan intelektual. Perencanaan pembelajaran pun berpusat pada kegiatan. Materi pembelajarannya bersumber pada pengalaman atau kegiatan. Tekanan perencanaan pembelajaran semacam ini adalah pada pembentukan pribadi secara utuh. Oleh karena setiap perencanaan pembelajaran menekakan pada aspek tertentu, maka proses belajar untuk mempelajari materi pembelajaran berbeda-beda.


 B.            Kriteria Metode Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran tentu mempunyai keunggulan dan kelemahan. Kelemahan tersebut perlu dihilangkan, atau setidaknya diperkecil, kemudian melakukan modifikasi. Oleh karena itu, perlu dirumuskan kriteria metode perencanaan pembelajaran yang efektif, seperti yang diungkapkan oleh Ralp W. Tyler, sebagai berikut:




  1. Berkesinambungan (Continuity)

  2. Berurutan (Sequence)

  3. Keterpaduan (Integration)


 1.             Berkesinambungan


Berkesinambungan menunjukkan keadaan pengulangan kembali unsur-unsur utama perencanaan pembelajaran secara vertikal. Sebagai contoh, jika dalam pelajaran IPS pengembangan keterampilan membaca dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting, maka metode latihan membaca perlu dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan agar siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Dengan demikian keterampilan siswa dalam membaca, atau menguasai konsep energi dapat berkembang secara efektif melalui pelajaran di sekolah.


 2.             Urutan Materi


Urutan materi mempunyai hubungan dengan kriteria berkesinambungan. Dengan kriteria ini dimaksudkan bahwa isi perencanaan pembelajaran diorganisasi dengan cara mengurutkan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat kedalaman atau keluasan yang dimiliki. Suatu materi undang-undang yang disampaikan pada tingkat pertama tidak terlalu dalam, namun pada tingkat berikutnya lebih dalam lagi. Demikian pula tentang keluasannya. Sebagai contoh, keterampilan membaca yang dikembangkan pada pelajaran IPS, pada kelas pertama dapat berisi materi pembelajaran yang sederhana, namun pada tingkat selanjutnya makin kompleks.


 3.             Keterpaduan Materi


Keterpaduan materi menunjukkan pada hubungan horizontal pengalaman belajar yang menjadi isi perencanaan pembelajaran. Organisasi pengalaman belajar dapat membantu siswa memperoleh pengalaman itu dalam suatu kesatuan. Sebagai contoh, dalam mengembangkan keterampilan menangani masalah kuantitatif (masalah yang berhubungan dengan angka) dalam pelajaran Matematika, penting pula dipertimbangkan cara bagaimana keterampilan itu dapat digunakan secara efektif dalam IPS, IPA, dan pelajaran lain. Jadi, pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang diperoleh sebagai pengalaman belajar tidak berdiri sendiri, melainkan dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Demikian pula konsep-konsep yang dipelajari dalam IPS harus pula dicari keterpaduannya dengan bidang-bidang lain.


Ketiga kriteria sebagaimana dikemukakan merupakan petunjuk dalam membuat metode perencanaan pembelajaran. Hal ini tidak terikat pada suatu perencanaan pembelajaran apa pun yang digunakan, karena pada dasarnya semua metode perencanaan pembelajaran itu mempunyai materi pembelajaran yang akan dijadikan isi. Perbedaan hanya terjadi tentang jenis materi pembelajaran itu. Oleh karenanya kriteria itu berlaku untuk perencanaan pembelajaran apapun yang akan digunakan.


Unsur-unsur yang diorganisasi meliputi tiga hal, yaitu konsep, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan. Jika hal ini dihubungkan dengan taksonomi Bloom, konsep berhubungan dengan pengetahuan, nilai-nilai berhubungan dengan sikap dan keterampilan berhubungan dengan keterampilan menurut Bloom. Jadi, jika akan dilakukan organisasi dalam pelajaran IPS misalnya, maka materi pembelajaran itu meliputi berbagai konsep (pengetahuan) dalam IPS, nilai-nilai yang perlu dimiliki siswa, keterampilan-keterampilan yang perlu dikembangkan.


Untuk dapat memperoleh metode perencanaan pembelajaran yang efektif perlu diperhatikan, bahwa kriteria kesinambungan, urutan dan keterpaduan itu diterapkan dalam mengorganisasi jenis pengalaman belajar sebagai materi pembelajaran. Bukan untuk mengorganisasi kegiatan mempelajari materi-materi itu. Di samping itu karena metode perencanaan pembelajaran masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan, maka pertimbangan yang mendalam dalam menggunakannya perlu dilakukan. Oleh karena itu, setiap pengembangan perencanaan pembelajaran sepatutnya dapat melihat berbagai keunggulan maupun kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing bentuk metode, agar dapat dicarikan suatu cara mengurangi kelemahan jika suatu bentuk tertentu dipilih.


 C.           Kaitan Metode Perencanaan Pembelajaran dengan Metode Pembelajaran


Perencanaan tentang metode atau strategi pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran terhadap suatu materi pembelajaran tertentu mencakup kegiatan guru, kegiatan siswa, pemanfaatan alat dan sumber materi pembelajaran serta alokasi waktu dalam melakukan kegiatan yang direncanakan. Sebagaimana materi pembelajaran, metode pembelajaran pun disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai serta dengan mempertimbangkan bentuk-bentuk belajar apa yang akan dilakukan. Metode pembelajaran yang dipilih sepatutnya disesuaikan dengan bentuk-bentuk belajar atau hasil belajar yang diharapkan diperoleh siswa. Masing-masing bentuk belajar menuntut metode pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran yang dipilih menekankan pada adanya keaktifan siswa dalam upaya mencapai bentuk belajar atau hasil belajar tersebut.


 1.             Metode Pembelajaran dengan Bentuk-Bentuk Belajar


Bentuk-bentuk belajar mempunyai kaitan dengan proses untuk memperoleh hasil belajar. Oleh karena mengajar merupakan serangkaian upaya untuk memberi kemudahan bagi siswa agar terjadi proses belajar, maka bentuk-bentuk belajar pun mempunyai kaitan dengan proses pembelajaran.


Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dari adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Ciri bahwa seseorang telah melakukan suatu proses belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang relatif permanen. Tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar, dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam proses belajar itu sendiri, terdapat tiga unsur penting yang memberi pengaruh terhadap keberhasilannya, yaitu:




  1. Pengalaman belajar yang dimiliki sebelum melakukan proses belajar tertentu

  2. Situasi lingkungan yang memberi rangsangan untuk terjadinya proses belajar

  3. Respons atau reaksi seseorang terhadap rangsangan tersebut


Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai penciptaan lingkungan yang memberi rangsangan bagi terjadinya proses belajar. Agar proses belajar itu efektif perlu ada kegiatan-kegiatan sebagai respons atau reaksi terhadap rangsangan tadi, yang kemunculannya banyak dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang dimiliki sebelumnya. Rangsangan yang disajikan dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan bentuk-bentuk belajar tertentu, yang dapat digolongkan ke dalam empat macam, yaitu:


1)             Belajar sesuatu yang berhubungan dengan kata-kata (verbal)


2)             Belajar konsep dan prinsip


3)             Belajar pemecahan masalah


4)             Belajar keterampilan


Bentuk-bentuk belajar yang berbeda-beda menuntut kegiatan belajar yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, dalam merencanakan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran pun perlu diperhatikan bentuk belajar apa dan bagaimana kegiatan dalam proses belajar yang dilakukannya.


1)             Belajar Verbal


Bentuk belajar verbal merupakan bentuk belajar sederhana, dan dapat menjadi dasar bagi bentuk-bentuk belajar lain. Bentuk belajar ini menekankan pada kemampuan menyatakan ide dengan kata-kata, seperti dalam pelajaran bahasa, atau kemampuan mengingat suatu konsep atau prinsip tertentu dan menyatakan kembali dengan kata-kata.


Prinsip belajar verbal adalah proses pembentukan asosiasi verbal, yaitu hubungan antara obyek yang diamati atau obyek yang dibayangkan dengan kata-kata. Seseorang yang memiliki kemampuan asosiasi verbal, dapat menyatakan dengan jelas tentang sesuatu obyek, baik keberadaannya, ciri-cirinya, apa yang membedakannya dan menyamakan obyek tersebut dari obyek lain, dan kaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Kemampuan menyatakan dengan jelas itu, bukan semata-mata ketika dihadirkan obyeknya itu sendiri saja, melainkan juga ketika dirinya membayangkan obyek tersebut.


Belajar verbal berkaitan juga dengan bentuk belajar konsep dan aturan. Dalam pelajaran bahasa misalnya, kemampuan membentuk asosiasi verbal sangat penting, agar tentang obyek tertentu. Bukan hanya sampai di sini kemampuan asosiasi verbal diperlukan, melainkan juga dalam mengamati perbedaan, persamaan, dan hubungan dalam upaya mencapai konsep. Di samping itu, dalam menyatakan idenya, seseorang juga harus berpegang pada aturan-aturan gramatik (tata bahasa), agar pernyataan verbalnya dapat dimengerti oleh orang lain.


Materi-materi pembelajaran yang digunakan untuk belajar verbal berkaitan dengan kata-kata, ungkapan, dan kalimat. Kemampuan yang diharapkan dapat dicapai dalam proses belajar meliputi kemampuan mengingat dan menyatakan kembali apa yang dipelajari secara bebas dan cepat, kemampuan merangkaikan kata atau kalimat berdasarkan aturan tertentu, dan kemampuan memasang-masangkan kata, rangkaian kata atau kalimat yang mempunyai hubungan satu sama lain. (De Cecco dan Crawford, 1977:209).


Agar proses belajar yang dilakukan itu efektif, materi pembelajaran yang dipelajari hendaknya mempunyai makna bagi dirinya. Kebermaknaan materi pembelajaran itu dapat didasarkan atas tolak ukur:


a)             Dikenalnya obyek dalam kehidupan sehari-hari


b)             Seringnya ditemukan obyek itu


c)             Dikenalnya maksud kata atau ungkapan itu


Kebermaknaan materi pembelajaran yang dipelajari ini dapat memungkinkan seseorang mengingat dalam waktu lama.


Proses belajar verbal yang menekankan pada keaktifan belajar siswa, berlangsung melalui latihan yang bersifat praktis. Untuk menunjang keberhasilan latihan, digunakan media, baik bentuk-bentuk gambar-gambar, bagan kata-kata atau bagan kalimat. Praktek latihan dalam belajar verbal berlangsung dengan cara guru menyodorkan gambar, dan siswa menyatakan kata atau kalimat sesuai dengan gambar itu, atau dengan cara guru menyodorkan suatu bentuk kalimat, siswa mengganti suatu kata tertentu untuk membuat kalimat dalam bentuk yang lain.


Prinsip-prinsip psikologis dalam melakukan latihan yang sepatutnya dipegang oleh guru, adalah prinsip pengkondisian melalui pemberian ganjaran sebagai penguat, dan hukuman sebagai penghapus tingkah laku yang tidak dikehendaki. Pemberian ganjaran dapat dilakukan dengan memberitahu bahwa respons yang diberikan itu benar, sedangkan pemberian hukuman diberikan dengan memberi tahu respons yang diberikan adalah salah. Berdasarkan serangkaian materi pembelajaran yang disajikan, siswa pun diajak untuk membuat kesimpulan sendiri tentang aturan-aturan gramatik (tata bahasa), sehingga dapat dikembangkan lagi bentuk-bentuk kata atau kalimat yang lain, berdasarkan aturan tata bahasa yang disimpulkannya.


2)             Belajar Konsep dan Prinsip


Konsep adalah hasil penyimpulan tentang suatu hal berdasarkan atas adanya ciri-ciri yang sama pada hal tersebut. Konsep adakalanya berkaitan dengan sesuatu obyek, sesuatu peristiwa, atau berkaitan dengan manusia. Adapun yang dimaksud dengan prinsip adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih. Istilah prinsip kadang-kadang disebut juga dengan aturan atau generalisasi. Contoh konsep adalah bilangan prima, bilangan rasional, binatang mamalia, dan sebagainya. Sedangkan contoh prinsip adalah empat ditambah sepuluh sama dengan empat belas, setiap binatang mamalia mempunyai tulang belakang, dan sebagainya.


Ilmu pengetahuan terhimpun dari sejumlah konsep dan prinsip. Mempelajari cabang ilmu pengetahuan apapun, selalu berkepentingan dengan belajar konsep dan prinsip. Itulah sebabnya dalam proses belajar di sekolah bentuk belajar konsep dan prinsip itu selalu ada.


Konsep dan prinsip ada yang bersifat sederhana, ada yang bersifat rumit atau kompleks. Dalam mempelajarinya pun dapat dilakukan dengan cara menerima saja dari orang lain, melalui penjelasan guru, atau melalui proses pembentukan konsep. Proses pembentukan konsep memerlukan suatu strategi yang dikenal dengan strategi pencapaian konsep. Jerome S. Bruner mengemukakan dua macam strategi pencapaian konsep, yaitu strategi pemilihan dan strategi penerimaan. Dalam strategi pemilihan, siswa dituntut untuk menentukan atau memilih dari serangkaian contoh-contoh yang dikemukakan oleh guru, yang memiliki ciri sama, dan yang membedakannya dari contoh-contoh lain, kemudian mengambil kesimpulan sendiri atau merumuskan konsepnya. Sedangkan dalam strategi penerimaan, sejumlah contoh yang dikemukakan guru ditandai dengan ciri-ciri tertentu, dan berdasarkan kesamaan ciri itulah diambil kesimpulan sebagai konsepnya. (Joice dan Weil, 1980:37).


Belajar konsep dan prinsip dapat diterapkan pada seluruh jenis mata pelajaran, termasuk dalam belajar bahasa. Dalam belajar bahasa, disamping ada bentuk belajar verbal melalui latihan, juga ada belajar konsep dan prinsip. Seseorang dapat mengungkapkan ide-idenya dalam ungkapan kata-kata dengan baik dan benar, jika dia menguasai konsep dan prinsip. Oleh karena itu, proses belajar menggunakan metode pencapaian konsep dapat diterapkan dalam belajar bahasa.


3)             Belajar Pemecahan Masalah


Bentuk belajar yang lain adalah belajar pemecahan masalah. Sebagaimana bentuk belajar konsep, ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks, maka belajar pemecahan masalah pun demikian pula, yaitu ada bentuk pemecahan masalah yang sederhana dan ada bentuk pemecahan masalah yang kompleks. Pemecahan masalah sederhana menuntut proses berpikir sederhana dan pemecahan masalah kompleks menuntut proses berpikir yang lebih rumit. Kemampuan pemecahan masalah ditunjang oleh kemampuan menguasai sejumlah konsep dan prinsip.


Kemampuan pemecahan masalah banyak menunjang kreativitas seseorang, yaitu kemampuan menciptakan ide baru, baik yang bersifat asli ciptaannya sendiri, maupun merupakan suatu modifikasi (perubahan) dari berbagai ide yang telah ada sebelumnya. Di samping itu kemampuan pemecahan masalah ada yang dicapai melalui proses berpikir verbal, seperti melalui diskusi, ada pula yang dicapai melalui proses penemuan.


Proses pemecahan masalah dapat berlangsung jika seseorang dihadapkan pada suatu persoalan yang di dalamnya terdapat sejumlah kemungkinan jawaban. Upaya menemukan kemungkinan jawaban itu merupakan suatu proses pemecahan masalah. Prosesnya itu sendiri dapat berlangsung melalui suatu diskusi atau suatu penemuan melalui pengumpulan data, baik diperoleh dari percobaan (eksperimen), atau data dari lapangan.


Belajar pemecahan masalah dapat berlangsung dalam proses belajar yang berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu kealaman, maupun dalam matematika. Oleh karena bentuk belajar ini menentukan pada penemuan pemecahan masalah, maka pembelajaran yang bertujuan membentuk kemampuan memecahkan masalah lebih menekankan pada penyajian materi pembelajaran dalam bentuk penyajian masalah yang menuntun proses penemuan masalah.


Keberhasilan belajar pemecahan masalah memiliki nilai transfer yang cukup tinggi, serta memiliki tingkat retensi yaitu dapat diingat dalam jangka waktu lama oleh siswa. Oleh karena itu hasil belajar yang dicapai melalui bentuk belajar pemecahan masalah lebih tinggi nilai kemanfaatannya dibandingkan dengan belajar melalui proses pembelajaran yang berlangsung dengan cara penyajian materi pembelajaran, sebagaimana terjadi dalam proses pembelajaran konvensional.


Proses pemecahan masalah dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran perseorangan, pembelajaran kelompok maupun pembelajaran klasikal. Pada pembelajaran perseorangan, bentuk-bentuk pemecahan masalah dilakukan secara sendiri-sendiri, baik dalam kegiatan percobaan, atau pengumpulan data lapangan. Cara ini dapat pula dilakukan secara kelompok (3 sampai 5 orang). Sedangkan dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran klasikal, prosesnya dapat berlangsung melalui suatu proses diskusi atau inquiry terbimbing, dimana guru mengajukan berbagai pertanyaan yang menuntun siswa sampai kepada suatu kesimpulan tertentu. Proses inquiry semacam ini biasanya dipadukan dengan demonstrasi proses, dan akhirnya dipadukan dengan kegiatan penemuan perseorangan atau penemuan kelompok.


Oleh karena belajar pemecahan masalah menekankan pada kegiatan belajar siswa yang bersifat optimal, dalam upaya menemukan jawaban atau pemecahan terhadap suatu permasalahan, belajar semacam ini memungkinkan siswa mencapai pemahaman yang tinggi terhadap apa yang dipelajari. Di samping itu, proses belajar menekankan pada prinsip-prinsip berpikir ilmiah, yang bersifat kritis dan analitis. Dengan demikian, diharapkan siswa pun menguasai prosedur melakukan penemuan ilmiah, dan mampu melakukan proses berpikir analitis.


4)             Belajar Keterampilan


Keterampilan melakukan suatu jenis kegiatan tertentu merupakan suatu bentuk pengalaman belajar yang sepatutnya dicapai melalui proses belajar di sekolah. Dicapainya keterampilan yang diperoleh seseorang ditandai oleh adanya kemampuan menampilkan bentuk-bentuk gerakan tertentu dalam melakukan suatu kegiatan, sebagai respons dari rangsangan yang datang kepada dirinya. Jadi bentuk belajar keterampilan mirip dengan bentuk belajar verbal. Ciri yang membedakan keduanya adalah dalam bentuk belajar keterampilan respons atau reaksi itu ditampilkan dalam bentuk gerakan-gerakan motorik jasmaniah, sedangkan dalam bentuk belajar verbal, respons atau reaksi yang ditampilkan berkaitan dengan penggunaan kata atau rangkaian kata-kata.


Bentuk-bentuk keterampilan seseorang itu ada tiga macam, yaitu:


a)             Rangkaian respons atau reaksi


b)             Koordinasi gerakan


c)             Pola-pola respons atau reaksi


Rangkaian reaksi ini merupakan rangkaian gerakan-gerakan yang mengikuti urutan tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Contoh: seseorang yang akan menjalankan suatu kendaraan bermotor, ada serangkaian yang berturut-turut harus dilakukan yaitu menghidupkan mesin, memegang kemudi, memasukkan gigi mesin, mata melihat ke depan, dan seterusnya.


Pada koordinasi gerakan, seseorang dituntut untuk memadukan sejumlah anggota badan untuk melakukan suatu pekerjaan seperti perpaduan mata, telinga, tangan, kaki, serta konsentrasi pikiran dalam mengemudi kendaraan bermotor.


Pola respons berkaitan dengan keterampilan mengorganisasi seluruh keterampilan yang dimiliki dalam mereaksi rangsangan, sehingga dapat dipertunjukkan suatu respons baru dalam mereaksi rangsangan tersebut. Contoh: ketika seorang mengemudi kendaraan bermotor pada situasi “kagok” dia berusaha menyelamatkan diri dari bahaya.


Kegiatan belajar sesuai dengan bentuk belajar keterampilan menekankan pada proses latihan. Tahapan latihan ini dimulai dengan pencapaian hasil belajar kognitif, baik berupa konsep dan prinsip. Selanjutnya, dilakukan latihan menyesuaikan gerakan dengan aturan-aturan tertentu, dan melalui latihan lebih lanjut, diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuan sampai mencapai kemampuan atau keterampilan yang berbentuk pola-pola respons.


Uraian tentang bentuk-bentuk belajar di atas memberi gambaran, bahwa upaya mengaktifkan belajar harus memperhatikan bentuk-bentuk belajar itu sendiri. Bentuk-bentuk belajar tersebut berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari, bukan dengan jenis mata pelajaran. Hal ini berarti, dalam suatu mata pelajaran, ada materi pembelajaran tertentu yang berkaitan dengan bentuk belajar verbal, ada yang berkaitan dengan bentuk belajar konsep dan prinsip, ada yang berkaitan dengan bentuk belajar pemecahan masalah, dan ada pula materi yang berkaitan dengan bentuk belajar keterampilan. Namun bukan berarti pada setiap mata pelajaran selalu harus ada keempat bentuk belajar tadi; dalam pelaksanaan pembelajaran setidak-tidaknya guru harus melihat penekanan bentuk belajar dari suatu mata pelajaran yang dipegangnya. Dengan demikian guru yang bersangkutan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran berpedoman pada penekanan bentuk belajar pada materi-materi pembelajaran yang terkandung dalam mata pelajaran yang bersangkutan.


 2.             Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan guru yang direncanakan tercermin dalam rencana penggunaan metode pembelajaran yang akan digunakan. Berdasarkan konsep pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa belajar, maka pemilihan metode pembelajaran sepatutnya mempertimbangkan penggunaan metode pembelajaran yang memungkinkan keterlibatan siswa belajar secara aktif. Namun demikian, keaktifan itu sendiri disesuaikan dengan bentuk-bentuk belajar yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, dan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Sebagai contoh, jika tujuan menghendaki agar siswa dapat merumuskan konsep tentang massa jenis, maka guru perlu memikirkan kegiatan apa akan dilakukannya agar siswa dapat mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, rumusan kegiatan guru bukan semata-mata menentukan metode mengajar saja, tetapi juga merumuskan kegiatan apa yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan.


Rumusan kegiatan guru itu pada dasarnya merupakan upaya memberi kemudahan bagi siswa dalam belajar. Oleh karena itu, berdasarkan rumusan kegiatan guru, dirumuskan pula kegiatan belajar siswa. Dalam merumuskan kegiatan belajar ini, guru pun perlu mempertimbangkan kegiatan mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilakukan demi keefektifan dan keefisienan belajar. Untuk memudahkan pelaksanaan, perumusan kegiatan belajar dapat dilakukan dengan cara:




  1. Merumuskan semua kegiatan belajar yang memungkinkan untuk dilakukan

  2. Menetapkan kegiatan-kegiatan mana yang tidak perlu dilakukan agar mencapai efisiensi proses belajar

  3. Menetapkan kegiatan-kegiatan mana yang akan dilakukan dalam mempelajari materi pembelajaran sesuai dengan upaya pencapaian tujuan.


Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:


1)             Metode atau cara melakukan kegiatan pembelajaran itu, apakah perseorangan, kelompok, ataukah klasikal. Metode pembelajaran dengan pendekatan kelompok berkenaan dengan pembelajaran suatu materi pembelajaran sama dalam waktu bersamaan untuk sekelompok siswa atau ditujukan untuk membimbing kelompok belajar siswa. Sedangkan pendekatan individual memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Namun demikian, pendekatan kelompok pun harus tetap memperhatikan adanya perbedaan individual pada siswa. Hal ini tercermin dalam penetapan penggunaan metode pembelajaran secara bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajaran yang dipelajari.


Di samping itu perlu ditentukan dimana kegiatan itu dilakukan, apakah di ruang kelas, di ruang demonstrasi, di laboratorium, atau di luar kelas dalam kegiatan studi lapangan. Perencanaan pembelajaran memberi warna pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di suatu sekolah. Perencanaan pembelajaran yang berpusat kepada siswa (child centered) sangat menekankan agar proses pembelajaran mengarah pada terbentuknya pribadi secara utuh. Oleh karena itu peranan metode pembelajaran sangat penting karena dapat memberikan pengalaman sesuai dengan kebutuhan, baik fisik maupun psikis, disesuaikan dengan bakat dan minat. Pada perencanaan pembelajaran semacam ini siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang mementingkan perkembangan pribadi siswa secara utuh memang banyak menguntungkan, terutama dari segi siswa itu sendiri. Mereka dapat terbentuk pribadinya, dapat menyalurkan bakatnya, minat dan kemampuannya. Dan hal yang paling menonjol adalah bahwa mereka dapat mewujudkan diri (aktualisasi diri). Namun demikian dari segi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menghambat, karena peranan disiplin ilmu pengetahuan diabaikan. Jika ini berlangsung dalam waktu lama, mereka akan memperoleh pengalaman yang berarti bagi kehidupan. Jadi kegiatan apapun pada dasarnya dapat direncanakan, asalkan memberi kemungkinan kepada siswa dapat belajar secara efektif dalam upaya mencapai tujuan.


2)             Untuk membantu atau menunjang upaya pencapaian tujuan melalui kegiatan mempelajari materi pembelajaran, dengan melakukan metode belajar secara aktif, perlu direncanakan pula alat dan sumber belajar apa yang akan digunakan. Alat dan sumber belajar yang akan digunakan sepatutnya sesuai dengan upaya mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Sumber-sumber belajar sebaiknya bervariasi agar memberikan pengalaman belajar yang luas kepada siswa. Setiap metode pembelajaran menuntut digunakannya sumber belajar tertentu yang cocok untuk menunjang keefektifan belajar. Sumber belajar ini termasuk ke dalam lingkungan belajar, yang dapat meningkatkan kadar keaktifan dalam proses belajar.


3)             Hal lain yang perlu dipikirkan secara seksama dalam merencanakan kegiatan pembelajaran adalah tentang waktu yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan pembelajaran. Seringkali guru terjebak oleh kurangnya waktu untuk membimbing siswa belajar, padahal target direncanakan belum dicapai. Untuk itu perlu dibuat alokasi waktu dengan mempertimbangkan waktu yang tersedia dan waktu yang dibutuhkan, berdasarkan banyaknya tujuan dan materi pembelajaran yang hendak dipelajari.


 Waktu selalu saja merupakan hambatan kegiatan (time is always a constraint). Ini berlaku kalau dalam suatu kegiatan tidak direncanakan alokasi waktu. Alokasi waktu harus disesuaikan dengan banyak dan lama kegiatan. Dalam pembelajaran, alokasi waktu berpedoman pada tujuan. Berapa banyak tujuan akan dicapai, dan berapa lama masing-masing tujuan membutuhkan waktu pencapaian ialah dasar pertimbangan kita. Sehingga waktu yang tersedia dapat dikendalikan atau dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran.


Pengendalian waktu dapat dilakukan dengan jalan menyusun jadwal dan alokasi waktu. Berapa lama suatu materi pembelajaran diperkirakan dapat dipelajari siswa, merupakan dasar dalam alokasi. Dengan berpegang pada waktu yang disediakan. Dengan demikian, waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.


Agar waktu dapat diatur sebaik-baiknya, diperlukan perencanaan yang cermat, dengan memperhatikan:


1)             Berapa banyak tujuan akan dicapai


2)             Berapa lama masing-masing tujuan diperkirakan dapat tercapai dalam proses pembelajaran


3)             Berapa lama entry behavior membutuhkan waktu


4)             Berapa lama kegiatan evaluasi membutuhkan waktu


5)             Berapa lama waktu yang dimiliki


6)             Dapatkah waktu yang tersedia digunakan untuk seluruh kegiatan yang direncanakan


 D.           Kegiatan Pembelajaran dan Pengalaman Belajar


Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang melibatkan siswa dalam proses mental dan fisik melalui interaksi antara siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar siswa.


Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:




  1. Disusun untuk membantu guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, serta berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi yang telah ditetapkan secara utuh.

  2. Memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan sesuai dengan hirarki konsep materi pembelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

  3. Minimal mengandung dua unsur sebagai ciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi pembelajaran.

  4. Berpusat pada siswa (student-centered), sehingga guru harus selalu mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan siswa agar memiliki kompetensi yang telah ditetapkan.

  5. Berisikan materi pembelajaran berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta memberikan bekal kecakapan hidup (life skills) kepada siswa untuk dikuasainya dalam menghadapi dan memecahkan masalah di dalam kehidupannya.

  6. Pembelajaran bersifat spiral, yaitu adanya materi pembelajaran yang dipelajari secara berulang-ulang.


Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:




  1. Kegiatan pembelajaran mendorong guru membimbing siswa mencari, mengolah, dan menemukan pengetahuan sendiri.

  2. Kegiatan pembelajaran menunjukkan ciri khas dalam pengembangkan kemampuan mata pelajaran.

  3. Kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana tersedia.

  4. Kegiatan pembelajaran bervariasi, yaitu kegiatan individu/perorangan, berpasangan, kelompok, dan klasikal.

  5. Kegiatan pembelajaran memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti: intelegensi, bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi, dan budaya.


Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi dan sumber belajar lainnya. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa.


Kegiatan pembelajaran dan pengalaman belajar menunjukkan kegiatan yang perlu dilakukan oleh siswa dalam berinteraksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan, obyek dan/atau sumber belajar untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar dan materi pembelajaran.


Bentuk kegiatan pembelajaran dan pengalaman belajar dapat berupa:


1)             Kegiatan tatap muka, yaitu adanya interaksi secara langsung antara guru dengan siswa, seperti mendengarkan uraian guru, berdiskusi di bawah bimbingan guru, dan lain-lain. Adapun kegiatan yang tidak bertatap muka atau bukan kegiatan interaksi guru dengan siswa seperti kegiatan mendemonstrasikan, mempraktekkan, mensimulasikan, mengadakan eksperimen, menganalisis, mengaplikasikan, menemukan, mengamati, meneliti, menelaah, dan lain-lain. Berbagai alternatif pengalaman belajar dapat dipilih sesuai dengan jenis kompetensi serta materi pembelajaran yang dipelajari.


2)   Berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai, kegiatan atau pengalaman belajar siswa meliputi menghafal, menggunakan/mengaplikasikan, dan menemukan.


3)             Berdasarkan materi pembelajaran yang perlu dihafal, diaplikasikan, serta ditemukan adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.


4)             Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui kegiatan di dalam kelas dengan jalan mengadakan interaksi antar siswa dengan obyek dan/atau sumber belajar sesuai dengan uraian materi pembelajaran yang telah dirumuskan. Bentuknya dapat berupa telaah buku, telaah hasil penelitian, mengadakan percobaan di laboratorium, kerja praktek. Pengalaman belajar pun dapat diperoleh di luar kelas melalui kegiatan siswa dalam berinteraksi dengan obyek dan/atau sumber belajar seperti mengamati berbagai jenis tumbuhan, peninggalan sejarah budaya nenek moyang, dan sebagainya.


5)             Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses yang perlu dilatihkan, antara lain: mengamati, menggolongkan atau mengklasifikasikan, mengukur, menggunakan alat, mengkomunikasikan hasil melalui berbagai cara seperti lisan, tertulis, diagram, menafsirkan, memprediksi, menganalisis, mensintesis, melakukan percobaan secara terstruktur.


6)             Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan sikap ilmiah untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah, serta mampu bekerja secara ilmiah. Oleh karena itu siswa perlu mengembangkan sikap-sikap berikut: rasa ingin tahu, jujur, mau bekerja, serta bekerja sama saling menerima dan memberi, keterbukaan pikiran dan kritis, tekun dan tidak mudah menyerah.


 E.            Prinsip Umum Memilih Pengalaman Belajar


Ralph W. Tyler (1970) mengemukakan prinsip umum dalam memilih pengalaman belajar yang dapat dijadikan metode pembelajaran sebagai berikut:




  1. Untuk tujuan yang hendak dicapai siswa harus mempunyai pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepadanya untuk mempraktekkan jenis perilaku yang dimaksudkan dalam tujuan. Dengan demikian, jika tujuan itu mengharapkan agar siswa mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah kesehatan misalnya, maka pengalaman belajar harus memberi kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah kesehatan, serta mempraktekkan pemecahan masalah kesehatan dalam situasi nyata.

  2. Pengalaman belajar harus dapat memberi  kepuasan kepada siswa melalui pelaksanaan atau penampilan perilaku sebagaimana dikehendaki dalam tujuan. Hal ini dapat dicapai dengan memilih bentuk-bentuk pengalaman belajar yang menuntun siswa menggunakan cara terbaik dalam menampilkan bentuk perilaku itu. Dalam memecahkan masalah kesehatan misalnya, di samping dimaksudkan agar siswa mempunyai kemampuan memecahkan, juga kemampuan untuk menggunakan cara terbaik dalam memecahkan masalah kesehatan itu. Ini akan memberi kepuasan dalam menampilkan bentuk perilaku sebagaimana dikehendaki dalam tujuan.

  3. Pengalaman belajar harus dalam batas kemungkinan siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses memperolehnya. Ini dapat terjadi jika dalam menentukannya diperhitungkan tentang batas kemampuan siswa, baik secara psikologis maupun secara akademis.

  4. Banyak bentuk pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Pengalaman belajar ini hendaknya diseleksi sehingga dengan kriteria tertentu dapat dipilih yang dipandang paling cocok untuk dilaksanakan.

  5. Pengalaman belajar hendaknya di samping dapat diupaya untuk mencapai suatu jenis perilaku dalam tujuan, juga secara bersamaan dapat memberi kemungkinan kepada siswa mengembangkan kemampuan lain.


 F.            Metode Proses Pembelajaran


Proses pembelajaran seharusnya menekan pada metode atau cara bagaimana membelajarkan siswa daripada apa yang dipelajari siswa. Untuk membelajarkan siswa diperlukan perencanaan pembelajaran. Perencanan pembelajaran hendaknya memperhatikan metode atau cara pelaksanaan pembelajaran memanfaatkan lingkungan dan pengalaman nyata yang diperlukan siswa untuk belajar dalam proses memahami dengan  melakukan kegiatan nyata secara optimal. Perencanaan pembelajaran pun disusun dengan mempertimbangkan relevansi materi pembelajaran dengan pengalaman belajar atau karakteristik siswa, untuk membentuk perilaku siswa pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.


Proses pembelajaran dilaksanakan dalam rangka memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman belajar. Proses pembelajaran itu diselenggarakan tergantung kepada perencanaan pembelajaran yang dipakai. Pada perencanaan pembelajaran suatu mata pelajaran proses pembelajaran dilaksanakan sekitar penguasaan siswa terhadap materi pembelajarannya. Proses dilaksanakan sekitar penguasaan siswa terhadap materi pembelajarannya. Proses pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran. Prosesnya dapat beraneka ragam, dari mulai yang sederhana dengan menggunakan ceramah sampai kepada yang kompleks seperti dengan metode penemuan. Pertanyaan yang sering muncul di sekitar perencanaan pembelajaran ini adalah tentang apa yang penting dipelajari siswa. Apakah semua ilmu pengetahuan yang ada harus dipelajari. Sedangkan kita ketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sangatlah pesat, sehingga untuk dapat menguasai seluruh ilmu pengetahuan dalam waktu terbatas merupakan sesuatu yang mustahil. Tentu di sini seorang perancang perencanaan pembelajaran memerlukan berbagai pertimbangan dalam menentukan jenis materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa.


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu berakibat pada perkembangan dalam konsep belajar mengajar, yang dikenal dengan adanya teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan dimaksudkan di sini adalah semacam pendekatan sistematis dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata membawa pengaruh yang sangat besar terhadap bidang pendidikan. Konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi itu dewasa ini sudah diterapkan dalam bidang pendidikan, dengan munculnya Teknologi Pendidikan tersebut. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran dewasa ini banyak terpengaruh atau menerapkan teknologi pendidikan itu. Hal ini dapat dilihat dalam penerapan sistem pembelajaran individual, seperti penggunaan mesin mengajar (teaching machine), pembelajaran terprogram (programmed instuction), pembelajaran modul ataupun pembelajaran dengan bantuan komputer (computer assisted instruction – CAI). Dalam praktek dikenal pula adanya perangkat yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu perangkat lunak (soft ware) dan perangkat keras (hard ware).


Pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak disusun dalam bentuk program pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa secara individual. Program ini pada intinya berisi tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai, materi pembelajaran yang hendak dipelajari, kegiatan yang harus dilakukan untuk menyiapkan penguatan (reinforcement) penguasaan materi pembelajaran, dan penilaian yang digunakan. Semua ini terpadu dalam menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Bentuk-bentuk pembelajaran semacam ini dapat dilihat dalam Pembelajaran Berprogram (Programmed Instruciton) atau pembelajaran dengan Sistem Modul (Modular Instruction).


Perangkat keras dalam pembelajaran secara umum dapat dimaksudkan dengan semua peralatan yang digunakan dalam pembelajaran. Dalam konteks teknologi pendidikan perangkat keras dimaksudkan sebagai alat yang dapat membantu siswa belajar secara individual. Dengan demikian prinsip penggunaan ataupun pelaksanaannya sama dengan penggunaan perangkat lunak. Bentuk-bentuk pembelajaran semacam ini dapat diidentifikasi dari penggunaan mesin mengajar (Teaching Machine), ataupun pembelajaran dengan bantuan komputer (Computer Assisted Instruction).


Dalam praktek penerapan konsep teknologi pendidikan dapat menggunakan salah satu perangkat saja atau kedua-duanya dilaksanakan secara bersamaan. Satu hal paling dalam hal ini adalah bahwa penerapan teknologi pendidikan bertujuan mengefektifkan proses pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dekade terakhir ini sudah mencapai taraf “luar biasa”. Bahkan para pengamat dan para ahli mengistilahkannya dengan eksplosi atau ledakan. Namun demikian jika diamati lebih cermat lagi, ternyata ada ide-ide pokok (basic ideas) dimiliki oleh setiap cabang ilmu pengetahuan. Ide-ide pokok itu biasanya tidak terlalu cepat berkembang. Yang berkembang pesat adalah bakat atau penemuan-penemuan tentang sesuatu sebagai penerapan atau pengembangan dari ide pokok itu. Bruner (1960) menamakan ide pokok itu dengan “struktur ilmu pengetahuan”. Menurutnya struktur inilah yang penting dipelajari oleh siswa, karena alasan-alasan sebagai berikut:




  1. Memahami ide pokok membuat seseorang mempunyai pemahaman yang lebih luas tentang sesuatu bidang.

  2. Ide pokok dapat lebih mudah diingat untuk jangka waktu lama.

  3. Dengan memahami ide pokok ini seseorang akan dapat mentransfer (mengalihkannya) pada situasi baru secara lebih luas.

  4. Dengan menguji kembali berbagai ide pokok dalam belajar dapat dipersempit jurang pemisah (kesenjangan-gap) antara pengetahuan dasar dan pengetahuan yang luas. (Jerome S. Bruner, 1960:23-26).


Kini sampailah kita kepada suatu pertanyaan, bagaimana proses mempelajari struktur itu? Dalam proses belajar mengajar konvensional, seringkali guru hanya mengajarkan sesuatu dengan metode pembelajaran memberi informasi. Meskipun dia sendiri menyadari, bahwa mengajar dengan cara demikian mengandung banyak kelemahan. Karena kemampuan seseorang menerima dan menyimpan informasi yang diberikan secara verbal itu terbatas. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran Bruner menyarankan untuk digunakan metode penemuan (method of discovery).


 G.           Strategi dan Metode dalam Proses Pembelajaran


Strategi adalah siasat melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang mencakup metode dan teknik pembelajaran. Adapun metode adalah cara mengajarnya itu sendiri. Sedangkan teknik adalah langkah-langkah melakukan kegiatan-kegiatan khusus dalam menggunakan suatu metode tertentu, seperti teknik bertanya, teknik menjelaskan, dan sebagainya. Untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa perlu menggunakan berbagai metode mengajar yang efektif.


Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkinkan siswa belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, efektif (sikap) maupun psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu metode pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses.


Proses pembelajaran menuntut guru dalam merancang berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Rancangan ini merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru itu sendiri maupun bagi siswa. Keaktifan dalam pembelajaran tercermin dari kegiatan baik yang dilakukan guru maupun siswa dengan menggunakan ciri-ciri berikut ini:




  1. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi.

  2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat dan pembentukan sikap.

  3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsunnya proses pembelajaran.

  4. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan) dan koordinator kegiatan belajar siswa, bukan sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan di kelas.

  5. Biasanya menggunakan berbagai metode, media, dan alat secara bervariasi.


Konsep dalam mengembangkan keaktifan proses pembelajaran dilakukan guru maupun siswa. Penerapannya berlandaskan pada teori belajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman atau insight (teori gestalt). Siswa sebagai pusat pembelajaran siswa merupakan faktor dominan dalam pembelajaran. Karena siswa itu sendiri membuat perencanaan, menentukan materi pembelajaran dan corak proses pembelajaran yang diinginkan. Guru hanya bertindak sebagai koordinator saja, tetapi tentu saja bukan memperkecil bahkan “meniadakan” sama sekali peran guru mengajar. Namun banyak menyeimbangkan peran antara guru dan siswa, selanjutnya dikembangkan suatu upaya, bagaimana menciptakan suatu bentuk pembelajaran yang dapat mengaktifkan kegiatan baik oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran.


Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif itu perlu direncanakan metode pembelajaran yang tepat. Aktivitas guru mengajar tercermin dalam menempuh metode pembelajaran, sedangkan aktivitas siswa belajar tercermin dalam menggunakan isi khazanah pengetahuan dalam memecahkan masalah, menyatakan gagasan dalam bahasa sendiri, menyusun perencanaan pembelajaran (silabus) atau eksperimen.


Metode pembelajaran ini di samping disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajaran, juga ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan dilakukan. Metode pembelajaran sangat beraneka ragam. Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok untuk mengajarkan materi pembelajaran tertentu, tidak adakah metode pembelajaran lain yang lebih sesuai, guru dapat memilih metode pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Tentu saja orientasinya kepada siswa belajar. Jadi, metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar. Metode pembelajaran pada umumnya ditujukan untuk membimbing kelompok belajar dan memungkinkan setiap individu siswa dapat belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.


 Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa. Guru seharusnya memikirkan bagaimana cara (metode) yang membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Belajar secara optimal dapat dicapai jika siswa aktif di bawah bimbingan guru yang aktif pula.


Secara umum penerapan metode pembelajaran meliputi empat kegiatan utama, yaitu kegiatan awal yang bersifat orientasi, kegiatan inti dalam proses pembelajaran, penguatan dan balikan, dan penilaian. Pada kegiatan orientasi, guru berupaya memfokuskan perhatian dan kesiapan ini memanfaatkan teknik penjelasan. Dapat pula penjelasan diberikan dipadukan dengan mengajukan pertanyaan. Pada kegiatan inti, guru menggunaakn metode-metode pembelajaran tertentu yang bertujuan memberi kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pada kegiatan penguatan dan balikan, guru memberi tugas yang harus dikerjakan siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari, dan pada kegiatan akhir dilakukan penilaian terhadap keberhasilan yang dicapai siswa melalui proses belajar yang dilakukan.


Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada satu metode pembelajaran pun dianggap ampuh untuk segala situasi. Suatu metode pembelajaran dapat dipandang ampuh untuk suatu situasi, namun tidak ampuh untuk situasi lain. Seringkali terjadi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran secara bervariasi. Dapat pula suatu metode pembelajaran dilaksanakan secara berdiri sendiri. Ini tergantung pada pertimbangan didasarkan situasi belajar mengajar yang relevan.


Agar dapat menerapkan suatu metode pembelajaran yang relevan dengan situasi tertentu pula dipahami keadaan metode pembelajaran tersebut, baik keampuhan maupun tata caranya.


Pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang berorientasi kepada kegiatan atau pengalaman berbeda dengan yang diuraikan di atas. Pada perencanaan pembelajaran ini proses pembelajaran lebih menekankan kepada penggunaan metode proyek. Dimana siswa diberi kesempatan melaksanakan proyek kegiatan di bawah bimbingan guru. Dapat pula suatu proyek dilakukan sekitar masalah yang menjadi pokok unit. Dengan memilih suatu pokok unit yang diambil dari unit sumber, siswa melakukan berbagai kegiatan sekitar unit itu. Kegiatan itu meliputi pengalaman yang berkaitan dengan fungsi kehidupan sekitar unit. Ternyata pembelajaran unit bukan hanya cocok untuk bentuk perencanaan pembelajaran pengalaman, tetapi juga untuk perencanaan pembelajaran yang berpusat pada fungsi kehidupan.


BAB III P  E  N  U  T  U  P


Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan pembelajaran, terutama tentang elemen proses pembelajaran adalah pandangan kita tentang bagaimana caranya (metode) agar proses ini sepatutnya berlangsung. Hal ini tentulah harus mengacu kepada tujuan apa hendak dicapai dan sifat dari materi yang menjadi isi perencanaan pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian kita tidak jatuh pada tempat yang salah dalam pengembangan perencanaan pembelajaran di sekolah.


Metode perencanaan pembelajaran ini berkaitan dengan bagaimana metode, cara, strategi, atau kegiatan yang dilakukan siswa memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Hal ini berkenaan dengan proses mencapai tujuan. Sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau materi yang menjadi isi perencanaan pembelajaran diorganisasi. Setiap metode yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh pengalaman yang dilaksanakan.


Oleh karena itu, pengembangan model-model atau metode-metode pengajaran sangat berguna untuk membantu para guru di lapangan dalam menciptakan sebuah suasana belajar yang menyenangkan.


DAFTAR PUSTAKA


Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikululm Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.


Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Kurikululm Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.


Hakiim, Lukmanul, 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima


Purwanto, M. Ngalim, 1997. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakrya.


Asrori, Mohammad, 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Wacana Prima


Ambarjaya, Beni S, 2008. Model-model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas Publishing.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


free website hit counter
English French German Spain Italian Japanese Korean Arabic
SILAKAN DI TERJEMAHKAN DI SINI
 
INFO SS : Semua isi blog ini hanya boleh dipublikasikan untuk kebaikan bersama. Silakan download atau copas yang sahabat perlukan.
Blog Design by Amirul Mu'minin Published by SALAM SEMANGAT
"Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau rindu. Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya? Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara". (burdah)