Headlines News :
Home » , » Pertumbuhan dan Perkembangan Psiko Fisik

Pertumbuhan dan Perkembangan Psiko Fisik

Written By salam semangat on Friday 16 November 2012 | 11/16/2012

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan


Sekolah Tinggi Agama Islam Syamsul 'Ulum Sukabumi


BAB I PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Sebagaimana telah disinggung pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik, banyak sekali hal-hal yang seharusnya dibicarakan yang amat penting bagi kita dalam tahap awal pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik itu sendiri.
Sebagian ahli menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari pertumbuhan. Menurut mereka, perkembangan itu tidak sama dengan tumbuh, begitu pun sebaliknya. Perkembangan pada prinsipnya merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani (psiko-fisik) menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna.
Sesungguhnya terdapat berbagai persoalan yang semuanya bisa dianggap penting yaitu: pengertian pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik, hukum dan tugas-tugas perkembangan, karekteristik pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam masing-masing priode, beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa, solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.


B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian pertumbuhan dan perkembangan psiko-fisik?
2.    Apa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik?
3.    Apa hukum dan tugas-tugas perkembangan?
4.    Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam masing-masing periode?
5.    Jelaskan beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa?
6.    Apa solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa?


C.    Tujuan Masalah
1.    Untuk menjelaskan apa pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik
2.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik
3.    Untuk mengetahui hukum dan tugas-tugas perkembangan
4.    Untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam masing-masing periode.
5.    Untuk mengetahui beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
6.    Untuk mengetahui solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.


BAB II PEMBAHASAN


A.    Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan Psiko-Fisik
1.    Pengertian Pertumbuhan
Tumbuh adalah berbeda dengan perkambangan. Pribadi yang bertumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkambang. Oleh karena itu dibedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pribadi manusia baik jasmaniah maupun rohaniah, terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah kesempurnaan. Adapun dua bagian kondisional pribadi manusia itu meliputi:
a.    Bagian pribadi material yang kuantitatif
b.    Bagian pribadi fungsional yang kualitatif,
Kenyataan itulah yang melahirkan perbadaan konsep antara pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan dari tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dan sebaginya. Ini tidak berarti, bahwa pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena tidak selamanya material itu kuantitatif.
Dari uraian di atas dapatlah kita merumuskan arti pertumbuhan pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan.
2.    Pengertian Perkembangan Psiko-fisik
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mata fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik, perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik. Yang artinya, orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan.
Selanjutnya, pembahasan mengenai perkembangan ronah-ronah psiko-fisik pada bagian ini akan penyusun fokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses perkambangan tersebut meliputi:
a.    Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
b.    Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni  perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.
c.    Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses perkambangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagi kelompok.


B. Aspek-aspek perkembangan.
Perkembangan sebenarnya tidak terjadi dalam kontak yang terpisah-pisah namun untuk menyederhanakan dan memudahkan pembahasan, perkembangan sering dibagi ke dalam beberapa aspek. Sebagai contoh, Dodge dkk. (2002) membagi area perkembangan ke dalam empat aspek,yaitu aspek sosial-emosional, aspek fisik, aspek kognitif, dan aspek bahasa. Dalam pendidikan TK di Indonesia, ada enam aspek yang menjadi fokus program pengembangan,  yaitu aspek pengembangan fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, seni, serta moral dan nilai-nilai agama (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002). Secara umum, para ahli perkembangan sering membagi aspek-aspek tersebut ke dalam tiga area besar, yaitu aspek fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia dkk., 2004). Pembagian ke dalam jumlah aspek yang lebih sedikit ini bukan berarti meniadakan beberapa aspek yang sebelumnya sudah ada. Dalam pembagian ke dalam tiga aspek besar ini, beberapa aspek yang dianggap memiliki akar yang sama digabungkan menjadi satu aspek, misalnya aspek bahasa, moral, dan kognitif dibahas dalam satu bagian yang disebut aspek kognitif. Kemudian pembahasan aspek-aspek perkembengan akan dibagi ke dalam lima kelompok besar, yaitu aspek fisik-motorik, kognitif, sosial-emosional, bahasa, serta moral dan agama.
Sekalipun dibahas secara terpisah-pisah, aspek-aspek tersebut sebenarnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Semua aspek tersebut sama-sama bernilai dan penting (Papalia dkk., 2004). Sebagai contoh, anak yang terampil bermain piano (aspek fisik-motorik), mungkin akan merasa bangga dan popular diantara teman-temannya (aspek sosial-emosional). Kreativitasnya pun mungkin terasah melalui melodi-melodi sederhana yang diciptakannya sendiri (aspek kognitif).


c.  Proses Perkembangan.
Para ahli perkembangan tertarik pada dua jenis perubahan yang berlangsung dalam perkembangan, yaitu perubahan kuantitatif dan kualitatif. Perubahan kuantitatif adalah perubahan dalam jumlah, seperti pertumbuhan dalam tinggi, berat, pertambahan kosa kata dan seringnya komunikasi. Sedangkan perubahan kualitatif adalah perubahan dalam jenis, struktur, atau organisasi. Perubahan kualitatif ini ditandai oleh munculnya fenomena baru yang tidak dapat dengan mudah diantisipasi berdasarkan fungsinya yang lebih awal, misalnya perubahan dari embrio menjadi bayi atau dari anak yang belum bias berkomunikasi secara verbal menjadi anak yang memahami kata-kata dan dapat berkomunikasi secara verbal.
Para ahli perkembangan juga tertarik pada hal-hal yang mendasari atabilitas atau konstansi dari kepribadian dan prilaku (Papalia dkk., 2004). Sebagai contoh, sekitar 10 sampai 15 persen anak secara konsisten pemalu, dan 10 sampai 15 persen lainya berani. Meskipun bermacam-macam pengaruh dapat sedikit memodifikasi sifat-sifat tersebut (sifat pemalu dan berani), sifat tersebut napaknya bertahan dalam tingkatan yang sedang pada satu kutub ekstrim atau kutub ekstrim lainnya, khususnya pada anak-anak. Selain contoh sifat tersebut, dimensi yang luas dari kepribadian, seperti keteletian dan keterbukaan terhadap pengalaman baru, nanpaknya stabil sebelum atau selama masa dewasa muda.
Selanjutnya, pembahasan mengenai perkembangan ranah-ranah psiko-fisik adalah terfokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses-proses perkembangan tersebut meliputi :
a)    Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak ( motor skills);
b)    Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak;
c)    Perkembangan social dan moral (social and moral development) yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.


B.    Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya pematangan fungsi kognitif), proses belajar dan pembawaan atau bakat. Karena ketiga hal tersebut berkaitan erat dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkeculai para siswa sebagai peserta didik. Dikarenakan apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seseorang dalam keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan ini belum tentu terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita bahagianya.
Selain adanya proses yang bersifat universal dalam perkembangan, setiap orang juga memiliki perbedaan individual. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan hasil perkembangan. Sebagai contoh, manusia bisa berbeda dalam jenis kelamin, tinggi dan berat badan; dalam faktor konstitusional seperti kesehatan dan tingkat keaktifan; dalam inteligensi; serta dalam karakteristik kepribadian dan reaksi emosional. Konteks dari kehidupan dan gaya hidup juga berbeda. Demikian pula dengan rumah, masyarakat tempat kita tinggal, hubungan yang kita miliki, jenis sekolah yang dimasuki, serta cara seseorang menggunakan waktu luang (Papalia dkk., 2004)
Mengapa satu orang dapat berbeda dari orang yang lain? Jawabannya adalah karena perkembangan bersifat kompleks dan factor-faktor yang mempengaruhi tidak dapat selalu diukur secara tepat atau bahkan ditemukan. Ilmuan sekalipun tidak dapat menjawab pertanyaan itu sepenuhnya. Bagaimanapun, para ilmuan tersebut belajar banyak tentang apa yang orang butuhkan untuk berkembang secara normal, bagaimana mereka bereaksi terhadap berbagai pengaruh yang ada di luar dan di dalam dirinya, serta bagaimana mereka dapat mencapai potensi mereka sebaik-baiknya.


C.    Hukum dan Tugas-Tugas Perkembangan
1.    Hukum Perkembangan
Pengertian "hukum", dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan yang biasa dikenal dalam dunia perundang-undangan peradilan. Adapun yang dimaksud hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia) yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Adapun macam-macam hukum perkembangan sebagai berikut:
a.    Hukum kodrat Ilahi
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bisa berkembang. Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Alah.
b.    Hukum mempertahankan diri
Setelah manusia ditakdirkan hidup, lalu ia secara naluriah berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk bisa hidup, secara singkat bisa dijelaskan bahwa usaha mempertahankan diri, intinya untuk memperoleh keselamatan. Sedang keselamatan, seperti halnya kehidupan, adalah modal pokok bagi pelaksanaannya proses perkembangan. Sekali lagi usaha mempertahankan diri merupakan sifat naluriah manusia. Tujuan pokoknya, agar ia selamat dan hidupnya berkelanjutan.


c.    Hukum pengembangan diri
Ketika seorang anak berhasil mempertahankan diri, bersamaan itu muncul pula hasrat insaniahnya untuk mengembangkan segala potensi yang dibawa sejak lahir.
d.    Hukum masa peka
Masa peka yang dimaksud ialah: suatu masa dimana sesuatu "fungsi"  demikian baik perkembangannya, karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan sebaik-baiknya.
e.    Hukum tempo perkembangan
Berlangsungnya perkembangan pada anak yang satu, belum tentu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang dalam perkembangannya kelihatan serba cepat, dan ada pula yang berlangsung amat lambat.
f.    Hukum irama perkembangan
Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa berlangsungnya perkembangan itu tidak selalu "ajeg" , konsisten dan merata pada setiap waktu. Kadang-kadang suatu proses perkembangan berjalan lancar, tapi ada pula dari keadaan biasa kemudian melonjak cepat, untuk akhirnya kembali biasa lagi atau turun.
g.    Hukum sifat perkembangan
Menurut stone, perkembangan pribadi manusia itu jika diamati dengan sungguh-sungguh akan tampak adanya sifat-sifat sebagai berikut:
1)    Stabil
2)    Sensitive
3)    Aktif
4)    Teratur
5)    kontinyu
h.    Hukum kesatuan organis
Dalam garis besarnya. Dalam diri manusia terdapat dua jenis organ yaitu fisik dan psikis, raga dan jiwa, atau jasmani dan rohani.
2.    Tugas Perkembangan
Secara sederhana, tugas perkembangan adalah sesuatu yang diharapkan dapat dicapai seseorang dalam tehap-tahap perjalanan hidupnya.
Adapun pendapat R.J.Havighurst, tugas-tugas perkembangan itu jika diperinci sepanjang hidup seseorang, maka akan diperoleh rumusan sebagai berikut:
a.     Tugas perkembangan pada masa bayi dan kanak-kanak :
1.    Balajar berjalan
2.    Balajar makan-makanan padat
3.    Balajar mengendalikan buang air kecil dan besar
4.    Balajar membeda-bedakan jenis kelamin dan menghargainya.
b.     Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir
1.    Balajar tentang keterampilan psikis yang diperlukan dalam permainan yang ringan-ringan atau mudah.
2.    Membentuk sikap-sikap sehat terhadap dirinya, demi kepentingan organismenya yang sedang tumbuh.
3.    Balajar bergaul dan bermain bersama dengan teman-teman seusia.
4.    Balajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya, sebagai pria atau wanita.
c.    Tugas perkembangan dalam masa remaja
1.    Menerima keadaan psikisnya, dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita.
2.    Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya, baik sesame jenis maupun lain jenis kelamin.
3.    Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya, juga dari orang-orang dewasa lainnya.
4.    memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis, sekurangnya untuk dirinya sendiri.
d.    Tugas perkembangan pada masa dewasa awal
1.    memilih teman bergaul, baik sebagai calon suami maupun sebagai calon isteri.
2.    belajar hidup bersama dengan suami dan isteri.
3.    mulai hidup dalam sebuah keluarga yang dibinanya.
4.    belajar mengasuh anak-anak.
e.    Tugas perkembangan pada masa setengah baya
1.    memperoleh tanggung jawab sebagai orang dewasa yang berwarganegara dan hidup bermasyarakat.
2.    menetapkan dan memelihara suatu standar kehidupan ekonomi bagi keluarganya.
3.    membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
4.    mengembangakan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang, sesuai dengan keahlian dan keinginannya.
f.    Tugas perkembangan pada masa tua
1.    menyesuaikan diri dengan keadaan semakin berkurangnya kekuatan psikis dalam kesehatan.
2.    menyesuaikan diri dalam masa pensiun dan pendapatan yang semakin berkurang.
3.    menyesuaikan diri dalam keadaan meninggalnya suami isteri.
4.    menjalin hubungan yang rapat dengan teman-teman atau kelompok seusia.


D.    Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Psiko-Fisik Dalam Masing-Masing Periode
1.    Periodesasi yang berdasarkan biologis
Yang dimaksud dengan periodesasi berdasarkan biologis adalah para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
a.    Pendapat Kreatschmer
Ia membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) fase:
1)    Fullug speriode I, umur 0,0-3,0 tahun
2)    Streckung seperiode I, umur 3,0-7,0 tahun
3)    Fullug speriode II, unur 7,0-13,0 tahun
4)    Streckung seperiode II, umur 13,0 tahun keatas


b.    Pendapat Aristoteles
Ia merumuskan perkembangan anak dengan tiga fase Perkembangan yakni:
1)    Fase I, umur 0,0-7,0
2)    Fase II, umur 7,0-14,0
3)    Fase III, umur 14,0-21,0
c.    Sigmund Freud
Psikologi ini membagi perkembangan anak menjadi 6 (enam) fase yaitu:
1)    Fase oral, umur 0,0-7,0 tahun
2)    Fase anal, umur 1,0-3,0 tahun
3)    Fase falis, umur 3,0-5,0 tahun
4)    Fase latent, umur 5,0-12/13,0 tahun
5)    Fase pubertas, umur 12/13,0-20,0 tahun
6)    Fase genital, umur20 tahun-ke atas
2.    Periodesasi berdasarkan Didaktis
Yang dimaksud dari tinjauan ini adalah dari segi keperluan atau materi apa kiranya yang tepat diberikan kepada anak didik pada masa tertentu, para ahli yang termasuk dalam kelumpok ini adalah:
i.    Johan Amos Comenius
ii.    Jean Jacques Rousen
iii.    Charles E. Skinner
3.    Periodesasi berdasarkan Psikologis
Pada bagian ini, para ahli membahas Segala perkembangan jiwa anak, beriorentasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut biologis atau dedaktis lagi. Sehingga mengembalikan permasalahan kejiwaan dalamlam kedudukannya yang murni. Tokoh utama pembahasan ini adalah psikolog dari Jerman Oswald Kroh, yang nantinya diikuti oleh para ahli lainnya baik dari Jerman itu sendiri maupun dari Negara-negara lain.


E.    Beberapa Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran tidaklah selalu berjalan mulus sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang hendak dicapai, banyak kritik-kritik tajam yang menghambat tercapainya perencanaan dan tujuan yang telah kita tetapkan, diantaranya mahasiswanya sendiri sebagai masukan masih mentah, hambatan juga ada pada tenaga pengajar dan sistemnya, sarana dan administrasi pendidikannya.
1.    Masalah di perguruan  Tinggi
Penetapan SKS di perguruan tinggi menghadapi beberapa masalah antara lain kurangnya pengertian mengenai pengalihan kurikulum, kekeliruan dalam penjabaran kurikulum, belum adanya konsep sentralisasi, langkanya penasehat akademik, dan pelitnya dosen memberi nilai.
Sebagai pengelola fakultas dan jurusan beranggapan SKS adalah suatu sistem yang wujudnya hanya berupa wadah baru dimana semua lama Kuliah sistem lama dimasukkan. Pengertian yang keliru seperti ini tentu saja menimbulkan masalah, karena sistem lama yang lima tahun tidak mungkin dituangkan dalam suatu wadah yang hanya empat tahun dan hanya memiliki maksimal 160 kredit.
2.    Masalah sentralisasi
Masalah sentralisasi juga merupakan hambatan yang mungkin tak tersadari. Dalam pelaksanaan di lapangan SKS yang masih agak asing dapat menimbulkan berbagai masalah, yang paling mencolok diantaranya adalah penasehat akademik. Dalam SKS mahasiswa harus mengisi KRS pada waktu pendaftaran. Pengisian KRS dibimbing oleh seorang penasehat akademik yang bertugas pula untuk memberi penerangan mengenai Segala peraturan akademik yang ada, disamping tugas memonitor perkembangan yang dibimbingnya.
3.    Masalah berbagai segi
a.    Dari segi mahasiswa
Sebagian besar mahasiswa yang duduk dibangku perguryan tinggi rata-rata berusia antara 18-23 tahun, dan kebanyakan mereka berasal dari golongan masyarakat yang ekonominya pas-pasan, kemudian ditambah lagi dengan proses penyelenggaraan pendidikan di SMA mereka yang kurang menunjang atau kurang berhubungan dengan studinya diperguruan tinggi, latar belakang mahasiswa yang demikian jelas merupakan salah satu hambatan dalam pelaksanaan SKS. Terutama: acara kegiatan akademik terstruktur, yaitu kegiatan studi yang tidak terjadwal tetapi direncanakan oleh tenaga kerja.
b.    Dari segi pengajar
Ditinjau daru sudut kualitas dan kuantitas, staf pengajar yang  ada di PTN dan PTS yang ada sekarang ini, nampaknya masih kurang memadai. Apalagi dilihat dari tingkat keaktifan pengajar dalam memberikan kuliah yang keganyakan masih dibawah standar yang ideal dalam pelaksanaan SKS, yakni keaktifan pengajar dalam memberikan kuliah satu semester missal: masih dibawah 10 kali perminggu.
c.    Dari segi sarana dan administrasi pendidikan
Kekurangan cara untuk pembiayaan pengadaan sarana dan administrasi memang merupakan keluhan tradisional yang sering kita dengar dibeberapa PTS maupun PTN, sehingga tak mengherankan jika sarana fisik, seperti perpustakaan, laboratorium, kekurangan ruang kuliah, maupun fasilitas lain. Merupakan salah satu hambatan dari kelancaran dan keberhasilan dari pelaksana SKS.


F.    Solusi Bagi Problem Perkembangan Dalam Proses Pembelajaran Siswa
1.    Menyediakan bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa
Seperti kita ketahui diatas, usia mahasiswa rata-rata masih muda, belum mempunyai pemikiran yang dewasa dan mengetahui seluk-beluk proses belajar yang baik di perguruan tinggi, untuk ini lperan " Bimbingan dan Penyuluhan" bagi mahasiswa di Perguruan tinggi mempunyai peran yang besardidalam menunjang kelancaran dan keberhasilan penerapan SKS.


2.    Meningkatkan kuantitas maupun kualitas pengajar
Untuk menupang suksesnya penerapan SKS, nampaknya peningkatan-peningkatan kuantitas staf pengajar sampai mendekati rasio yang ideal dengan jumlah mahasiswa perlu mendapat perhatian. Adapun untuk meningkatkan kualitas staf pengajar, usaha-usaha yang sudah ada seperti program akta mengajar, penataran-penataran perlu terus menerus ditingkatkan dan disempurnakan.
3.    Sarana dan administrasi pendidikan
Sarana dan administrasi pendidikan ini tidak saja perlu kelengkapan yang memungkinkan pelayanan mahasiswa dengan lancer, cepat dan teratur, tapi juga perlu ditata alokasi penggunaan yang sebaik mungkin, sehingga penggunaan biaya untuk sarana dan administrasi tersebut dapat berjalan efektif  dan efisien.


G.    Proses Pembelajaran untuk Membantu Perkembangan Kognitif Subjek Didik
Ikhtiar pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, guna mengembangkan kemamupan kognitif subjek didik adalah perlunya disadari betul oleh para pendidik bahwa kemamuan intelektual setiap peserta didik harus dipupuk dan dikembangkan agar potensi yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan keberbedaan masing-masing. Menurut Conny Semiawan (1984) penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kemampuan intelektual anak yang di dalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologi merupakan faktor yang amat penting.
Kondisi sikologis yang perlu diciptakan agar subjek didik merasa aman secra psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya adalah:
1.    Pendidikan menerima subjek didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional positive regard). Artinya, apapun adanya subjek didik dengan segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan biak serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap subjek didik memiliki kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan secara maksimal.
2.    Pendidik menciptakan suasana dimana subjek didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain. Terlalu memberikan penilaian terhadap subjek didik dapat dirasakan sebagai ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan akna pertahanan diri. Memang kenyataannya pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak bersifat mencemaskan bagi subjek didik melainkan menjadi sarana yang dapat mengembangkan sikap kompetitif secara sehat.
3.    Pendidik harus bisa berempati. Artinya, dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku subjek didik; dapat menempatkan diri dalam situasi subjek didik; serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka. Dalam suasana seperti ini, subjek didik akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan pemikirannya atau ide-idenya.
4.    Penting bagi pendidik untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil keputusan tindakan edukatif yang tepat sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang memahami benar-benar pengalaman beajar yang diterimanya. Mencocokkan sistem pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik merupakan cara yang bagus untuk pengembangan intelektual peserta didik.
5.    Model pembelajaran yang aktif adalah tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri, tetapi guru menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada subjek didik untuk berinteraksi edukatif sehingga mendorong percepatan perkembangan kognitifnya.


BAB III PENUTUP


Pertumbuhan dan perkembangan psiko-fisik merupakan suatu proses perubahan dari satu keadaan memjadi keadaan yang lain, dan berlangsung pada diri seseorang secara terus menerus sepanjang hayat yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manisia berubah menuju ke arah kesempurnaan. Seperti halnya seorang anak tentang makna istilah keluarga mula-mula, ia tak akan tahu bahwa keluarga itu keseluruhan dari anggota-anggotanya.


DAFTAR PUSTAKA


http://safruddinasaf.files.wordpress.com/2009/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-komplit.doc
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hurlock, Elazabeth B., 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Sarwoni, Sarliito Wirawan. 1984. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang
Asrori, Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


free website hit counter
English French German Spain Italian Japanese Korean Arabic
SILAKAN DI TERJEMAHKAN DI SINI
 
INFO SS : Semua isi blog ini hanya boleh dipublikasikan untuk kebaikan bersama. Silakan download atau copas yang sahabat perlukan.
Blog Design by Amirul Mu'minin Published by SALAM SEMANGAT
"Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau rindu. Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya? Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara". (burdah)