Headlines News :
Home » , » Psikologi Pendidikan dan Kontribusinya

Psikologi Pendidikan dan Kontribusinya

Written By salam semangat on Friday 16 November 2012 | 11/16/2012

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan


STAI Syamsul 'Ulum Sukabumi


BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Psikologi pendidikan adalah suatu disiplin ilmu yang sangat penting yang seharusnya dimengerti oleh setiap pendidik, khususnya atau terlebih seorang guru. Namun, dalam kenyataan yang sering kita dapati di lapangan, tidak sedikit guru  yang tidak mengerti hal ini. Maka oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan betapa pentingnya psikologi pendidikan dalam makalah ini.

B.    Rumusan Masalah
?    Apa pengertian dari psikologi?
?    Apa pengertian dari pendidikan?
?    Apa pengertian dari psikologi pendidikan?
?    Apa tujuan psikologi pendidikan?
?    Apa hubungan antara psikologi pendidikan tersebut dengan ilmu-ilmu yang lain?
?    Apa objek psikologi pendidikan?
?    Apa kontribusi psikologi terhadap pendidikan?

C.    Tujuan
?    Agar kita mengetahui arti psikologi
?    Agar kita mengetahui arti pendidikan
?    Agar kita mengetahui arti psikologi pendidikan
?    Agar kita mengetahui tujuan psikologi pendidikan
?    Agar kita mengetahui hubungan yang ada antara psikologi pendidikan dengan ilmu-ilmu yang lain
?    Agar kita mengetahui objek psikologi pendidikan
?    Agar kita mengetahui apa saja kontribusi psikologi terhadap pendidikan

BAB II PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1.    Pengertian Psikologi
Secara harfiah (Syah, 1997/hal.7) berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata: phsyche dan logos. Pshyche berarti jiwa, dan logos berarti ilmu. Jadi, psikologi berarti ilmu jiwa.
Dilihat dari arti kata tersebut, seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya objek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan objek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai “suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.”
?    Wiliam James (Syah, 1997/hal.8)
“Menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental.”
?    John B. Watson (Syah, 1997/hal.8)
“Mengubah definisi psikologi menurut James menjadi ilmu pengetahuan tentang tikah laku (behaviour) organisme.”
?    Chaplin (Syah, 1997/hal.8)
Mendefinisikan psikologi sebagai “….the science of human and animal behaviour, the study of the organisme in all its variety and complexty as it responds to the flux and flow of the phsycal and social events which make of the environment.” (Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan lingkungan).
?    Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld (Sarwono dalam Syah, 1997/hal.8)
Mendefinisikan psikologi sebagai studi tentang hakikat manusia.
?    Poerbakawatja & Harahap (Syah, 1997/ hal. 8)
Membatasi psikologi sebagai “Cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa dimana gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa tersebut meliuti respon organisme dan hubungannya dengnalingkungannya.”
?    Syah (1997/ hal. 9)
Beliau membuat kesimpulan tentang pengertian psikologi dari beberapa definisi di atas, dimana psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelediki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaaan dan kejadian yang ada di sekitar manusia.

Psikologi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu psikolog umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumny dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya:
?    Psikologi perkembangan mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
?    Psikologi kepribadian mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek-aspek kepribadiannya.
?    Psikologi klinis yang mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
?    Psikologi Abnormal mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal
?    Psikologi industri yang mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri
?    Psikologi pendidikan yang mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan

Di samping jenis-jenis psikologi yang disebutkan di atas,masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks. Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai watu ilmu karena di dalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni:
?    Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
?    Epistemologis; Teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi Longitudinal maupun studi Crossectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
?    Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori psikologi berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.

2.    Pengertian Pendidikan
a.    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Syah, 1997/hal.10)
Pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awalan me- sehingga menjadi “mendidik”. Artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan, mengenai akhlak dan kecerdasan pilihan.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
b.    Menurut McLeod (Syah, 1997/ hal. 10)
Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik), artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop).
Dalam pengertian yang sempit, education/pendidikan berarti perbuatan/proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
c.    Tardif (Syah, 1997/ hal. 10)
Secara luas, pendidikan adalah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Secara luas dan representatif, pendidikan ialah “… the total process of developing human abilities and behaviors, drawing and almost all life’s esperience (seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan)”.
d.    Menurut Dictionary of Psychologi (Syah, 1997/ hal. 11)
Pendidikan diartikan sebagai “… the instritutional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits altitudes etc. Usually the term is applied to formal institution.” Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah, madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan idividu dalam menguasai pengetahuan, kebiasan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara ainformal dan nonformal di samping secara formal seperti sekolah, madrasah dan institusi-institusi lainnya.
e.    Poerbakawatja & Harahap (Syah, 1997/ hal. 11)
Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mamu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.

3.    Pengertian Psikologi Pendidikan
?    Arthur S. Reber (Syah, 1997/ hal. 12)
Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut:
a.    Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
b.    Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
c.    Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
d.    Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e.    Penyelenggaraan pendidikan keguruan
?    Barlow (Syah, 1997/ hal. 12)
Psikologi pendidikan adalah “… a body of knowledge grounded in psychologic researc which provides a reportire to resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process”.
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu Anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.
?    Tardif (Syah, 1997/ hal. 13)
Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
?    Witherington (Buchori dalam Syah, 1997/ hal. 13)
Psikologi pendidikan sebagai “A systematic study of process and factors infolved in the education of human being.”
Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikkulum proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan bimbingan dan konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, administrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dpat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan terebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya ebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujua pendidikan di sekolah.

B.    TUJUAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Berdasarkan definisinya, maka tujuan dari psikologi pendidikan adalah memberikan dasar-dasar psikologi bagi pendidik dalam memberikan materi, sehingga pendidik dapat memperlakukan anak didik sesuai dengan keadannya.
Di sinilah arti penting psikologi pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “di antara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan psikologinya diharapkan dapat:
1.    Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2.    Memilih strategi/metode pembelajaran yang sesuai
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi/metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mamu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar serta tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3.    Memberikan bimbingan/bahkan memberikan konseling
Tugas dan peran guru disamping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkna dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4.    Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melaksanakan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa memahami psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5.    Menciptakan ilmim belajar yang kondusif
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang konfusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan ilmim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6.    Berinteraksi secara tepat dengan siswanya
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan dan di hadapan siswanya.
7.    Menilai hasil pembelajaran yang adil
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat membantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

C.    HUBUNGAN ANTARA PSIKOLOGI PENDIDIKAN DENGAN ILMU-ILMU YANG LAIN
Psikologi pendidikan sebagai ilmu yang berdiri sendiri tidak berarti lepas dengan ilmu-ilmu yang lain. Ilmu yang ada hubungannya dengan psikologi pendidikan, antara lain:
?    Biologi, ilmu yang memberikan kontribusi mendapatkan pengetahuan berapa jauh faktor keturunan memberikan pengaruhnya
?    Ilmu kesehatan, memberikan kontribusi dalam mendapatkan pengetahuan berapa jauh faktor-faktor kesehatan memberikan pengaruhnya
?    Sosiologi, ilmu yang memberikan kontribusi dalam mendapatkan pengetahuan berapa jauh faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruhnya
?    Psikologi umum, ilmu yang memberikan kontribusi materi-materi dasar, terminologinya dan eksperimen psikologis.
D.    OBYEK PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Menurut Natwidjaya (1992) bahwa objek yang dipelajari dalam psikologi pendidikan adalah:
?    Objek Material. Objek material psikologi pendidikan adalah perilaku manusia yang sedang belajar.
?    Objek formal. Objek formal psikologi pendidikan adalah situasi pendidikan dengan penekanan pada aspek psikologinya dimana situasi pendidikan mencakup:
1.    Tujuan pendidikan
2.    Peserta didik
3.    Metode
4.    Materi/bahan ajar
5.    Penilaian
6.    Konteks sosio-kultural

Kontribusi Psikologi Terhadap Pendidikan
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
1.    Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input, proses dan out pendidikaan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik. Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologi dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasan serta karakteristik-karakteristik individu lainnya. Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject materi maupun metode penyampaiannya. Secara khusus, dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memugkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
1)    Kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks
2)    Pengalaman belajar siswa
3)    Hasi belajar (learning outcomes)
4)    Standarisasi kemamupan siswa

2.    Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti teori classic conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing-masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pada sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran. Nasution (Daeng Sudirwo, 2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yaitu:
1)    Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2)    Tujuan itu harus timbul dari/berhubungan dengan kebutuhan dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain
3)    Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya
4)    Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya
5)    Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan
6)    Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat/melakukan
7)    Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis, dan sebagainya
8)    Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain
9)    Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10)    Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tipuan-tipuan lain
11)    Belajar lebih berhasil apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan
12)    Ulangan dan latihan perlu, akan tetapi harus didahului oleh pemahaman
13)    Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar

3.    Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Penilaian
Penilaian pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan/pembelajaran tertentu. Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakt maupun kepribadian individu lainnya. Kita mengenal sejumlah tes psikologi syang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Test (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

BAB III PENUTUP

1.    Pengertian Psikologi secara harfiah berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Menurut William James adalah pengetahuan tentang kehidupan mental. Menurut John B. Watson adalah pengetahuan tentang tingkah laku. Menurut Caplin adalah pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan lingkungan. Menurut Edwin G. Herbert S. Longfeld adalah studi tentang hakikat manusia. Menurut Poerbakawatja dan Harahap adalah ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa. Menurut Muhibbin Syah adalah pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik secara individu atau kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan.
2.    Pengertian Pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah memelihara dan memberi latihan. Menurut McLeod adalah memberi peningkatan dan mengembangkan. Tardif mengartikan pendidikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Dictionary of Psychologi adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Menurut Poerbakawatja dan Harahap adalah usaha sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mamupn menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
3.    Pengertian Psikologi Pendidikan. Menurut Arthar S. Reber adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan tertentu. Menurut Barlow adalah pengetahuan kecerdasan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu Anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif. Menurut Tardif adalah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan. Menurut Witharington adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
4.    Tujuan Psikologi Pendidikan adalah memberikan dasar-dasar psikologi bagi pendidik dalam memberikan materi, agar memperlakukan anak didik sesuai dengan keadaannya.
5.    Hubungan Psikologi Pendidikan dengan ilmu-ilmu yang lain yaitu dengan ilmu biologi, kesehatan, sosiologi, dan psikologi umum.
6.    Objek Psikologi Pendidikan adalah material dan formal.
7.    Kontribusi Psikologi terhadap pendidikan adalah pada pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran, dan penilaian.

DAFTAR PUSTAKA

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/o...
http://www.andragogi.com/document/psikolog...
http://psikologi.blogspot.com/2009/05...
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !


free website hit counter
English French German Spain Italian Japanese Korean Arabic
SILAKAN DI TERJEMAHKAN DI SINI
 
INFO SS : Semua isi blog ini hanya boleh dipublikasikan untuk kebaikan bersama. Silakan download atau copas yang sahabat perlukan.
Blog Design by Amirul Mu'minin Published by SALAM SEMANGAT
"Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau rindu. Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya? Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara". (burdah)